Jumat, 16 November 2012

cara belajar vocal dan sejarah musik pop

Seorang penyanyi harus mampu melakukan kontrol nada (pitch control) ketika bernyanyi. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menjaga konsistensi vokal, sehingga terhidar dari nada fals (atonal). Munculnya nada fals akan sangat menggangu kenikmatan pendengar. Akibatnya, cemoohanlah yang akan mendera si penyanyi. Bahkan, lebih parah lagi, ia akan kehilangan kredibilitas! Ada beberapa faktor penyebab munculnya nada fals: ♪ Talenta Musik Tuhan menciptakan manusia dengan karakter dan kemampuan masing- masing. Ada orang yang memiliki talenta musik yang baik, ada pula yang tidak memilikinya. Seseorang yang sama sekali tidak memiliki kecenderungan musik (musikalitas) yang baik, akan cukup sulit untuk menjaga dan mengontrol nada. Diperlukan kerja keras dan cerdas untuk mendapatkannya. Memang ada beberapa tips latihan vokal yang bisa mengatasinya, namun memerlukan waktu relatif lama. Lain halnya dengan seseorang yang telah memiliki talenta musik (sekecil apapun itu). Melalui latihan intensif, ia akan lebih mudah menguasai dan mengontrol nada, hingga ia bisa bernyanyi mulus, tanpa fals sedikitpun. ♪ Range Vokal Penyanyi Range Vokal adalah jarak antar nada dari satu interval ke interval lainnya. Dimana satu interval terdiri dari nada: do re mi fa sol la si. Sementara tata nada sebelum dan sesudahnya adalah interval lain. Manusia pada umumnya, paling tidak memiliki 2 interval nada. Namun ada juga yang memiliki 6 interval, bahkan 8 interval nada. Vokalis Steel Hearth, Mariah Carey, Whitney Houston adalah beberapa penyanyi dengan range vokal sangat panjang. Nah, apa hubungannya dengan Fals? Penyanyi dengan range vokal pendek, dia akan kesulitan menjangkau nada-nada yang terlampau tinggi atau rendah. Saat itulah yang paling rawan bagi mereka. ♪ Penguasaan Teknik Vokal Bagi para penyanyi dengan range vokal pendek, sebetulnya ada beberapa cara untuk menghindari ranjau-ranjau fals. Diantaranya adalah dengan menggunakan teknik falseto dan cop stemp. Kedua cara ini hampir sama, yakni dengan menggunakan nada ’palsu’ ketika menemui nada-nada tinggi. Perbedaanya adalah output power cop stemp lebih kuat dibandingkan dengan teknik falseto. Sehingga, dengan cop stemp, seolah-olah ia mengeluarkan nada ’asli’ atau normal. Nah, jika kedua teknik ini tidak dikuasai, maka nada fals akan relatif banyak ditemukan. ♪ Tingkat Kesulitan Lagu Tingkat kesulitan lagu berbeda-beda. Mulai dari yang hanya memiliki dua atau tiga chord saja. Hingga lagu yang memiliki puluhan chord dalam musik pengiringnya. Untuk lagu yang relatif mudah, tentunya tidak terlalu dibutuhkan kemampuan ekstra untuk mengontrol nada. Tetapi, ketika menyanyikan lagu dengan tingkat kesulitan tinggi, seringkali diperlukan beberapa kali latihan penguasaan untuk mendapatkan kualitas vokal yang mulus dari lagu tersebut. Hal ini tidak hanya dialami oleh para penyanyi pemula, tetapi juga oleh para penyanyi kaliber profesional sekali pun. Terutama dalam take vokal untuk rekaman di studio. Seorang penyanyi profesional bisa berkali-kali mengulang baris lagu yang sulit, untuk mencapai tone yang sempurna. ♪ Perangkat Audio Pendukung Selain faktor internal penyanyi, faktor eksternal juga turut menentukan munculnya nada fals. Misalnya dalam sebuah pertunjukan di dalam gedung yang tidak disertai dengan setting akustik ruangan yang memadai, kemudian kualitas sound system seadanya, dengan tanpa disertai monitor vokal yang baik, niscaya si penyanyi akan sangat kesulitan untuk mengontrol nada. Sehebat apapun kemampuan vokal si penyanyi, jika menghadapai kondisi seperti itu akan sangat sangat keteteran. Gedung tanpa penataan akustik yang baik, akan menimbulkan gaung yang sangat mengganggu stabilitas tempo. Akibatnya sangat fatal, konsentrasi penyanyi terganggu, harmonisasi musik dan lagu semakin kacau, karena si penyanyi akan menggunakan acuan tempo musik hasil pantulan (gaung), sementara si pendengar/penonton mendengarkan tempo yang asli. Tips Mengatasi Nada Fals Bag 1 Ketika bernyanyi live seorang penyanyi terkadang ’terpeleset’ ke dalam nada-nada fals. Hal ini cukup wajar terjadi, karena biasanya diakibatkan oleh beberapa faktor kendala, sebagaimana telah dibahas pada tulisan saya sebelumnya. Akan tetapi, akan sangat tidak wajar jika penyanyi tersebut selalu fals dalam setiap penampilannya. Tentunya ada something wrong di balik itu. Apakah ia harus pensiun sebagai penyanyi?? Oh tidak, tentunya kesimpulan itu terlalu dini. Setidaknya ia harus berusaha terlebih dahulu untuk memperbaiki kemampuan vokalnya melalui latihan intensif. Setahap demi setahap ia akan memiliki kepekaan terhadap nada, sehingga ia mampu untuk mengontrol nadanya dengan baik. Di dalam term akademis dikenal teknik latihan solfegio (baca:solfej). Bentuk latihan solfegio bervariasi, mulai dari yang termudah sampai ke tingkat yang relatif sulit. Gunanya adalah untuk melatih ketajaman dan ketepatan nada si penyanyi. Sesuai dengan tujuannya, yakni untuk melatih kepekaan nada, latihan ini bertumpu kepada penguasaan tangga nada melalui naik turunnya nada. Selain untuk melatih kepekaan nada, solfegio juga sangat bermanfaat untuk lebih melenturkan vokal. Tak sedikit penyanyi pemula masih memiliki vokal yang cenderung ’kaku’. Maksudnya, ketika menemukan perpindahan nada tertentu (misal cengkok dangdut, legato, dll) sangat sulit ia raih. Nah melalui ’moami amo’ ini kendala itu bisa diatasi. Tips Menghindari Nada Fals Ketika Bernyanyi oleh agusmupla Lakukanlah latihan bernyanyi dengan menutup salah satu telinga, bisa telinga kiri atau kanan. Dengan menutup salah satu telinga ketika bernyanyi, kita bisa lebih jelas mendengar output vocal kita. So, kita bisa lebih mudah mengontrol nada yang kita keluarkan. Cara ini bisa juga dilakukan ketika kita sedang bernyanyi di atas panggung. Di tengah bingarnya iringan musik, terkadang kita sulit mengontrol nada. Nah, dengan menutup salah satu telinga, vocal kita akan lebih terkontrol. Tapi, untuk menjaga performance, sebaiknya cara ini dilakukan ketika diperlukan saja. Jangan terlalu sering, cukup ketika kita betul betul sangat sulit mengontrol nada atau ketika kita akan menjangkau nada-nada yang beresiko.

Sejarah Musik POP
Musik pop (istilah yang awalnya berasal dari singkatan dari "populer") adalah sebuah genre musik dari musik populer yang berasal dalam bentuk modern pada 1950-an, yang berasal dari rock and roll.[1] Istilah musik populer dan musik pop sering digunakan secara bergantian, meskipun yang pertama adalah deskripsi musik yang populer (dan dapat termasuk gaya apapun), sedangkan yang terakhir adalah genre tertentu yang mengandung kualitas daya tarik massa.[1]
Sebagai genre, musik pop sangat eklektik, sering meminjam elemen dari gaya-gaya lain termasuk urban, dance, rock, latin dan country;[1] Musik pop umumnya dianggap sebagai sebuah genre yang komersial dicatat dan keinginan untuk memiliki daya tarik audiens massa.[1]

Daftar isi

Definisi

David Hatch dan Stephen Millward mendefinisikan musik pop sebagai "a body of music which is distinguishable from popular, jazz and folk musics" (tubuh musik yang dibedakan dari musik populer, jazz dan folk).[2] Meskipun musik pop sering dilihat sebagai berorientasi pada singel, itu bukan jumlah dari semua musik grafik, yang selalu berisi lagu-lagu dari berbagai sumber, termasuk klasik, jazz, Rock, dan lagu baru, sementara musik pop sebagai genre biasanya dilihat sebagai yang ada dan berkembang secara terpisah.[3] Dengan demikian "musik pop" dapat digunakan untuk menggambarkan sebuah genre berbeda, yang ditujukan di sebuah pasar pemuda, sering ditandai sebagai alternatif yang lebih lembut untuk rock and roll.[4]

Lihat pula

Catatan

  1. ^ a b c d Bill Lamb, "What Is Pop Music? A Definition", About.com, retrieved 8 March 2012.
  2. ^ D. Hatch and S. Millward, From Blues to Rock: an Analytical History of Pop Music (Manchester: Manchester University Press, 1987), ISBN 0-7190-1489-1, p. 1.
  3. ^ R. Serge Denisoff and William L. Schurk, Tarnished Gold: the Record Industry Revisited (New Brunswick, NJ: Transaction Publishers, 3rd edn., 1986), ISBN 0-88738-618-0, pp. 2–3.
  4. ^ S. Frith, W. Straw, and J. Street, eds, The Cambridge Companion to Pop and Rock, (Cambridge: Cambridge University Press), ISBN 0-521-55660-0, pp. 95-6.

Bibliografi

  • Adorno, Theodor W., (1942) "On Popular Music", Institute of Social Research.
  • Bell, John L., (2000) The Singing Thing: A Case for Congregational Song, GIA Publications, ISBN 1-57999-100-9
  • Bindas, Kenneth J., (1992) America's Musical Pulse: Popular Music in Twentieth-Century Society, Praeger.
  • Clarke, Donald, (1995) The Rise and Fall of Popular Music, St Martin's Press. http://www.musicweb.uk.net/RiseandFall/index.htm
  • Dolfsma, Wilfred, (1999) Valuing Pop Music: Institutions, Values and Economics, Eburon.
  • Dolfsma, Wilfred, (2004) Institutional Economics and the Formation of Preferences: The Advent of Pop Music, Edward Elgar Publishing.
  • Frith, Simon, Straw, Will, Street, John, eds, (2001), The Cambridge Companion to Pop and Rock, Cambridge University Press, ISBN 0-521-55660-0.
  • Frith, Simon (2004) Popular Music: Critical Concepts in Media and Cultural Studies, Routledge.
  • Gillet, Charlie, (1970) The Sound of the City. The Rise of Rock and Roll, Outerbridge & Dienstfrey.
  • Hatch, David and Stephen Millward, (1987), From Blues to Rock: an Analytical History of Pop Music, Manchester University Press, ISBN 0-7190-1489-1
  • Johnson, Julian, (2002) Who Needs Classical Music?: Cultural Choice and Musical Value, Oxford University Press, ISBN 0-19-514681-6.
  • Lonergan, David F., (2004) Hit Records, 1950-1975, Scarecrow Press, ISBN 0-8108-5129-6.
  • Maultsby, Portia K., (1996) Intra- and International Identities in American Popular Music, Trading Culture.
  • Middleton, Richard, (1990) Studying Popular Music, Open University Press.
  • Negus, Keith, (1999) Music Genres and Corporate Cultures, Routledge, ISBN 0-415-17399-X.
  • Pleasants, Henry (1969) Serious Music and All That Jazz, Simon & Schuster.
  • Roxon, Lillian, (1969) Rock Encyclopedia, Grosset & Dunlap.
  • Shuker, Roy, (2002) Popular Music: The Key Concepts, Routledge, (2nd edn.) ISBN 0-415-28425-2.
  • Starr, Larry & Waterman, Christopher, (2002) American Popular Music: From Minstrelsy to MTV, Oxford University Press.
  • Watkins, S. Craig, (2005) Hip Hop Matters: Politics, Pop Culture, and the Struggle for the Soul of a Movement, Beacon Press, ISBN 0-8070-0982-2.

Pranala luar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar