Seorang penyanyi harus mampu melakukan kontrol nada (pitch control)
ketika bernyanyi. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menjaga
konsistensi vokal, sehingga terhidar dari nada fals (atonal). Munculnya
nada fals akan sangat menggangu kenikmatan pendengar. Akibatnya,
cemoohanlah yang akan mendera si penyanyi. Bahkan, lebih parah lagi, ia
akan kehilangan kredibilitas! Ada beberapa faktor penyebab munculnya
nada fals: ♪ Talenta Musik Tuhan menciptakan manusia dengan karakter dan
kemampuan masing- masing. Ada orang yang memiliki talenta musik yang
baik, ada pula yang tidak memilikinya. Seseorang yang sama sekali tidak
memiliki kecenderungan musik (musikalitas) yang baik, akan cukup sulit
untuk menjaga dan mengontrol nada. Diperlukan kerja keras dan cerdas
untuk mendapatkannya. Memang ada beberapa tips latihan vokal yang bisa
mengatasinya, namun memerlukan waktu relatif lama. Lain halnya dengan
seseorang yang telah memiliki talenta musik (sekecil apapun itu).
Melalui latihan intensif, ia akan lebih mudah menguasai dan mengontrol
nada, hingga ia bisa bernyanyi mulus, tanpa fals sedikitpun. ♪ Range
Vokal Penyanyi Range Vokal adalah jarak antar nada dari satu interval ke
interval lainnya. Dimana satu interval terdiri dari nada: do re mi fa
sol la si. Sementara tata nada sebelum dan sesudahnya adalah interval
lain. Manusia pada umumnya, paling tidak memiliki 2 interval nada. Namun
ada juga yang memiliki 6 interval, bahkan 8 interval nada. Vokalis
Steel Hearth, Mariah Carey, Whitney Houston adalah beberapa penyanyi
dengan range vokal sangat panjang. Nah, apa hubungannya dengan Fals?
Penyanyi dengan range vokal pendek, dia akan kesulitan menjangkau
nada-nada yang terlampau tinggi atau rendah. Saat itulah yang paling
rawan bagi mereka. ♪ Penguasaan Teknik Vokal Bagi para penyanyi dengan
range vokal pendek, sebetulnya ada beberapa cara untuk menghindari
ranjau-ranjau fals. Diantaranya adalah dengan menggunakan teknik falseto
dan cop stemp. Kedua cara ini hampir sama, yakni dengan menggunakan
nada ’palsu’ ketika menemui nada-nada tinggi. Perbedaanya adalah output
power cop stemp lebih kuat dibandingkan dengan teknik falseto. Sehingga,
dengan cop stemp, seolah-olah ia mengeluarkan nada ’asli’ atau normal.
Nah, jika kedua teknik ini tidak dikuasai, maka nada fals akan relatif
banyak ditemukan. ♪ Tingkat Kesulitan Lagu Tingkat kesulitan lagu
berbeda-beda. Mulai dari yang hanya memiliki dua atau tiga chord saja.
Hingga lagu yang memiliki puluhan chord dalam musik pengiringnya. Untuk
lagu yang relatif mudah, tentunya tidak terlalu dibutuhkan kemampuan
ekstra untuk mengontrol nada. Tetapi, ketika menyanyikan lagu dengan
tingkat kesulitan tinggi, seringkali diperlukan beberapa kali latihan
penguasaan untuk mendapatkan kualitas vokal yang mulus dari lagu
tersebut. Hal ini tidak hanya dialami oleh para penyanyi pemula, tetapi
juga oleh para penyanyi kaliber profesional sekali pun. Terutama dalam
take vokal untuk rekaman di studio. Seorang penyanyi profesional bisa
berkali-kali mengulang baris lagu yang sulit, untuk mencapai tone yang
sempurna. ♪ Perangkat Audio Pendukung Selain faktor internal penyanyi,
faktor eksternal juga turut menentukan munculnya nada fals. Misalnya
dalam sebuah pertunjukan di dalam gedung yang tidak disertai dengan
setting akustik ruangan yang memadai, kemudian kualitas sound system
seadanya, dengan tanpa disertai monitor vokal yang baik, niscaya si
penyanyi akan sangat kesulitan untuk mengontrol nada. Sehebat apapun
kemampuan vokal si penyanyi, jika menghadapai kondisi seperti itu akan
sangat sangat keteteran. Gedung tanpa penataan akustik yang baik, akan
menimbulkan gaung yang sangat mengganggu stabilitas tempo. Akibatnya
sangat fatal, konsentrasi penyanyi terganggu, harmonisasi musik dan lagu
semakin kacau, karena si penyanyi akan menggunakan acuan tempo musik
hasil pantulan (gaung), sementara si pendengar/penonton mendengarkan
tempo yang asli. Tips Mengatasi Nada Fals Bag 1 Ketika bernyanyi live
seorang penyanyi terkadang ’terpeleset’ ke dalam nada-nada fals. Hal ini
cukup wajar terjadi, karena biasanya diakibatkan oleh beberapa faktor
kendala, sebagaimana telah dibahas pada tulisan saya sebelumnya. Akan
tetapi, akan sangat tidak wajar jika penyanyi tersebut selalu fals dalam
setiap penampilannya. Tentunya ada something wrong di balik itu. Apakah
ia harus pensiun sebagai penyanyi?? Oh tidak, tentunya kesimpulan itu
terlalu dini. Setidaknya ia harus berusaha terlebih dahulu untuk
memperbaiki kemampuan vokalnya melalui latihan intensif. Setahap demi
setahap ia akan memiliki kepekaan terhadap nada, sehingga ia mampu untuk
mengontrol nadanya dengan baik. Di dalam term akademis dikenal teknik
latihan solfegio (baca:solfej). Bentuk latihan solfegio bervariasi,
mulai dari yang termudah sampai ke tingkat yang relatif sulit. Gunanya
adalah untuk melatih ketajaman dan ketepatan nada si penyanyi. Sesuai
dengan tujuannya, yakni untuk melatih kepekaan nada, latihan ini
bertumpu kepada penguasaan tangga nada melalui naik turunnya nada.
Selain untuk melatih kepekaan nada, solfegio juga sangat bermanfaat
untuk lebih melenturkan vokal. Tak sedikit penyanyi pemula masih
memiliki vokal yang cenderung ’kaku’. Maksudnya, ketika menemukan
perpindahan nada tertentu (misal cengkok dangdut, legato, dll) sangat
sulit ia raih. Nah melalui ’moami amo’ ini kendala itu bisa diatasi.
Tips Menghindari Nada Fals Ketika Bernyanyi oleh agusmupla Lakukanlah
latihan bernyanyi dengan menutup salah satu telinga, bisa telinga kiri
atau kanan. Dengan menutup salah satu telinga ketika bernyanyi, kita
bisa lebih jelas mendengar output vocal kita. So, kita bisa lebih mudah
mengontrol nada yang kita keluarkan. Cara ini bisa juga dilakukan ketika
kita sedang bernyanyi di atas panggung. Di tengah bingarnya iringan
musik, terkadang kita sulit mengontrol nada. Nah, dengan menutup salah
satu telinga, vocal kita akan lebih terkontrol. Tapi, untuk menjaga
performance, sebaiknya cara ini dilakukan ketika diperlukan saja. Jangan
terlalu sering, cukup ketika kita betul betul sangat sulit mengontrol
nada atau ketika kita akan menjangkau nada-nada yang beresiko.
Sejarah Musik POP
Musik pop (istilah yang awalnya berasal dari singkatan dari "populer") adalah sebuah
genre musik dari
musik populer yang berasal dalam bentuk modern pada 1950-an, yang berasal dari
rock and roll.
[1]
Istilah musik populer dan musik pop sering digunakan secara bergantian,
meskipun yang pertama adalah deskripsi musik yang populer (dan dapat
termasuk gaya apapun), sedangkan yang terakhir adalah genre tertentu
yang mengandung kualitas daya tarik massa.
[1]
Sebagai genre, musik pop sangat eklektik, sering meminjam elemen dari gaya-gaya lain termasuk
urban,
dance,
rock,
latin dan
country;
[1] Musik pop umumnya dianggap sebagai sebuah genre yang komersial dicatat dan keinginan untuk memiliki daya tarik audiens massa.
[1]
Definisi
David Hatch dan Stephen Millward mendefinisikan musik pop sebagai
"a body of music which is distinguishable from popular, jazz and folk musics" (tubuh musik yang dibedakan dari musik populer, jazz dan folk).
[2] Meskipun musik pop sering dilihat sebagai berorientasi pada
singel, itu bukan jumlah dari semua musik grafik, yang selalu berisi lagu-lagu dari berbagai sumber, termasuk
klasik,
jazz,
Rock, dan
lagu baru, sementara musik pop sebagai genre biasanya dilihat sebagai yang ada dan berkembang secara terpisah.
[3]
Dengan demikian "musik pop" dapat digunakan untuk menggambarkan sebuah
genre berbeda, yang ditujukan di sebuah pasar pemuda, sering ditandai
sebagai alternatif yang lebih lembut untuk
rock and roll.
[4]
Lihat pula
Catatan
- ^ a b c d Bill Lamb, "What Is Pop Music? A Definition", About.com, retrieved 8 March 2012.
- ^ D. Hatch and S. Millward, From Blues to Rock: an Analytical History of Pop Music (Manchester: Manchester University Press, 1987), ISBN 0-7190-1489-1, p. 1.
- ^ R. Serge Denisoff and William L. Schurk, Tarnished Gold: the Record Industry Revisited (New Brunswick, NJ: Transaction Publishers, 3rd edn., 1986), ISBN 0-88738-618-0, pp. 2–3.
- ^ S. Frith, W. Straw, and J. Street, eds, The Cambridge Companion to Pop and Rock, (Cambridge: Cambridge University Press), ISBN 0-521-55660-0, pp. 95-6.
Bibliografi
- Adorno, Theodor W., (1942) "On Popular Music", Institute of Social Research.
- Bell, John L., (2000) The Singing Thing: A Case for Congregational Song, GIA Publications, ISBN 1-57999-100-9
- Bindas, Kenneth J., (1992) America's Musical Pulse: Popular Music in Twentieth-Century Society, Praeger.
- Clarke, Donald, (1995) The Rise and Fall of Popular Music, St Martin's Press. http://www.musicweb.uk.net/RiseandFall/index.htm
- Dolfsma, Wilfred, (1999) Valuing Pop Music: Institutions, Values and Economics, Eburon.
- Dolfsma, Wilfred, (2004) Institutional Economics and the Formation of Preferences: The Advent of Pop Music, Edward Elgar Publishing.
- Frith, Simon, Straw, Will, Street, John, eds, (2001), The Cambridge Companion to Pop and Rock, Cambridge University Press, ISBN 0-521-55660-0.
- Frith, Simon (2004) Popular Music: Critical Concepts in Media and Cultural Studies, Routledge.
- Gillet, Charlie, (1970) The Sound of the City. The Rise of Rock and Roll, Outerbridge & Dienstfrey.
- Hatch, David and Stephen Millward, (1987), From Blues to Rock: an Analytical History of Pop Music, Manchester University Press, ISBN 0-7190-1489-1
- Johnson, Julian, (2002) Who Needs Classical Music?: Cultural Choice and Musical Value, Oxford University Press, ISBN 0-19-514681-6.
- Lonergan, David F., (2004) Hit Records, 1950-1975, Scarecrow Press, ISBN 0-8108-5129-6.
- Maultsby, Portia K., (1996) Intra- and International Identities in American Popular Music, Trading Culture.
- Middleton, Richard, (1990) Studying Popular Music, Open University Press.
- Negus, Keith, (1999) Music Genres and Corporate Cultures, Routledge, ISBN 0-415-17399-X.
- Pleasants, Henry (1969) Serious Music and All That Jazz, Simon & Schuster.
- Roxon, Lillian, (1969) Rock Encyclopedia, Grosset & Dunlap.
- Shuker, Roy, (2002) Popular Music: The Key Concepts, Routledge, (2nd edn.) ISBN 0-415-28425-2.
- Starr, Larry & Waterman, Christopher, (2002) American Popular Music: From Minstrelsy to MTV, Oxford University Press.
- Watkins, S. Craig, (2005) Hip Hop Matters: Politics, Pop Culture, and the Struggle for the Soul of a Movement, Beacon Press, ISBN 0-8070-0982-2.
Pranala luar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar